Senin, 02 Mei 2011

MEDICAL SURGICAL PERAWATAN PRE OPERATIF

MEDICAL SURGICAL
PERAWATAN PRE OPERATIF

PENGKAJIAN
Point penting dalam riwayat keperawatan preoperative :
Umur
Alergi terhadap obat, makanan
Pengalaman pembedahan
Pengalaman anestesi
Tembakau, alcohol, obat-obatan
Lingkungan
Kemampuan self care
Support system

PEMERIKSAAN FISIK
Pengkajian dasar  preop dilakukan untuk :

Menentukan data dasar
Masalah pengobatan yang tersembunyi 
Potensial komplikasi s.d. anestesi
Potensial komplikasi post op.

Fokus : Riwayat dan sitem tubuh yang mempengaruhi prosedur pembedahan.
A. SYSTEM KARDIOVASKULER
Untuk menentukan kekuatan jantung dan kemampuan untuk menttoleransi pembedahan dan anestesi.
Perubahan jantung  39 % kematian perioperatif. 

B. SISTEN PERNAPASAN
Lansia, smoker, PPOM  resiko atelektasis, kolap jaringan paru.
 Mencegah pertukaran oksigen/CO2
 Intoleransi karena perubahan dalam dada dan paru.
 Regiditas cavum thoraks dan menurunnya ekspansi paru  efisiensi ekskresi paru terhadap anestesi menurun.

C. RENAL SYSTEM
Abnormal renal fungsi menurunkan rata ekskresi obat dan anestesi 
Skopolamin, morphin   konfusi disorientasi

Neuorologi system : 
Kemampuan ambulasi ??
I. MUSKULUSSCELETAL
Defomitas   mempengaruhi posisi intra dan post-operasi
Artritis  menerima posisi  nyeri post-operasi oleh karena immobilisasi
1) Status Nutrisi 
Malnutrisi,obesitas  resiko tinggi pembedahan
Vit. C , vit.B diperlukan untuk penyembuhan luka dan pembentukan fibrin.
Obesitas  wondhiling menurun oleh karena jaringan lemak tinggi

II. PSIKOSOSIAL ASESMENT
Tujuan : menentukan kemampuan coping
  Informasi
  Support

III. LABORATORIUM
Analisis:
1. Pengetahuan kurang sehubungan dengan pengalaman pre-op
2. Kecemasan sehubungan dengan pengalaman pre-op

Planning :
Pengetahuan kurang ( knowledge defisite )
Tujuan : Klien mengatakan dan mematuhi prosedur pre-op 
  Mendemostrasikan teknik untuk mencegah komplikasi post-op

Intervensi
Fokus : Edukasi pre-operasi
Informasi :  Informed consent, pembatasan diit, pre-operatip preparation, post-op   
    exersice.

Informed consent :
- alasan pembedahan
- pilhan dan resikonya
- resiko pembedahan
- resiko anestesi
 
Pembatasan diit  NPO (nothing per oral ) 6 – 8 jam sebelum pembedahan
GI (gastro intestinal ) preparasi : 
- mencegah perlukaan colon
- melihat jelas area
- mengurangi bacteri intestinal

Skin preparasi
Tube, drain, I V  line
Post – op  exercise :
- diaphragmatic breating
- incestive spirometri
- cougling and spinting the surgical wound 
- turning and leg exercise
Kecemasan :
Tujuan : kecemasan clien menurun , menunjukkan relaksasi saat istirahat

Intervensi : 
- preoperatip teaching
- comunikatip
- rest.

INTERVENSI KLIEN INTRA OPERATIF

A. Anggota Tim Pembedahan
Tim pembedahan terdiri dari :
Ahli bedah
Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah melakukan operasi.
Asisten pembedahan (1orang atau lebih) asisten bias dokter, riside, atau perawat, di bawah petunjuk ahli bedah. Asisten memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi.

Anaesthesologist atau perawat anaesthesi.
Perawat anesthei memberikan obat-obat anesthesia dan obat-obat lain untuk mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.
Circulating Nurse
Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
Tugas :     
Set up ruangan operasi
Menjaga kebutuhan alat 
Check up keamanan dan fungsi semua peralatan sebelum pembedahan
Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping.
Memenuhi kebutuhan klien, memberi dukungan mental, orientasi klien.

Selama pembedahan :
- Mengkoordinasikan aktivitas
- Mengimplementasikan NCP
- Membenatu anesthetic
- Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll.
Surgical technologist atau Nurse scrub; bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan peralatan steril dan instrumen, kepada ahli bedah/asisten. Pengetahuan anatomi fisiologi dan prosedur pembedahan memudahkan antisipasi instrumen apa yang dibutuhkan.

B. Penyiapan kamar dan team pembedahan.

Keamanan klien diatur dengan adanya ikat klien dan pengunci meja operasi. Dua factor penting yang berhubungan dengan keamanan kamar pembedahan : lay out kamar operasi dan pencegahan infeksi.
1). Lay Out pembedahan.
Ruang harus terletak diluar gedung  RS dan bersebelahan dengan RR dan pelayanan pendukung ( bank darah, bagian pathologi dan radiology, dan bagian logistik).

Alur lalu lintas yang menyebabkan kontaminasi dan ada pemisahan antara hal yang bersih dan terkontaminasi  design (protektif, bersih, steril,dan kotor).
Besar ruangan tergantung pada ukuran dan kemampuan rumah sakit.
Umumnya :
Kamar terima
Ruang untuk poeralatan bersih dan kotor.
Ruang linen bersih.
Ruang  ganti
Ruang umummuntuk pembersihan dan sterilisasi alat.
Scrub area.
Ruang operasi terdiri dari :
Stretcher atau meja operasi.
Lampu operasi.
Anesthesia station.
Meja dan standar instrumen.
Peralatan suction.
System komunikasi.
2). Kebersihan dan Kesehatan Team Pembedahan.
Sumber utama kontaminasi bakteri  teammpembedahan yang hygiene  dan kesehatan  ( kulit, rambut, saluran pernafasan).
Pencegahan kontaminasi :
Cuci tangan.
Handscoen.
Mandi.
Perhiasan (-).
3). Pakaian bedah.
Terdiri : Kap, Masker, gaun, Tutup sepatu, baju OK.
Tujuan: Menurunkan kontaminasi.
4). Surgical Scrub.
Cuci tangan pembedahan dilakukan oleh :
Ahli Bedah     
Semua asisten 
Scrub nurse. 
 sebelum menggunakan sarung tangan dan gaun steril.
Alat-alat:
Sikat cucin tangan reuable / disposible.
Anti microbial : betadine.
Pembersih kuku.
Waktu : 5 – 10 menit  dikeringkan dengan handuk steril.

B. ANASTHESIA.

Anasthesia ( Bahasa Yunani)  Negatif Sensation. 
Anasthesia menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara partial atau total, dengan atau tanpa disertai kehilangan kesadaran.
Tujuan: Memblok transmisi impuls syaraf, menekan refleks, meningkatkan relaksasi otot.
Pemilihan anesthesia oleh anesthesiologist berdasarkan konsultasi dengan ahli bedah dan factor klien.

1). Type Anasthesia:
Perawat perlu mengenal cirri farmakologic terhadap obat anesthesia yang digunakan dan efek terhadap klien selama dan sesudah pembedahan.
 a). Anasthesia umum.
Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi impulse saraf otak.
  Misal : bedah kepala, leher. Klien yang tidak kooperatif.
       Stadium Anesthesia.
- Stadium I : Relaksasi 
- Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahab.
- Stadium II: Excitement.
- Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan  pernafasan yang iregulair dan pergerakan anggota badan tidak teratur.
- Stadium III : Ansethesi pembedahan..
- Ditandai dengan relaksasi rahang ,respirasi teratur, penurunan pendengaran dan sensasi nyeri.
- Stadium IV : Bahaya.
- Apnoe, Cardiapolmunarry arrest, dan kematian.
Metode Pemberian 
Inhalasi , IV injection. Instilasi rectal 
Inhalasi 
Metode yang paling dapat  dapat dikontrol karena intak dan eliminasi secara primer oleh paru.
Obat anesthesia inhalasi yang diberikan :
1. Gas: Nitrous Axida ( N20).
Padling sering digunakan gas yang tidak b erwarna, tidak berbau. Non iritasi dengan masa induksi dan peulihan yang cepat.

2. Folatile: Cairan yang dapat menguap.
a. Halotan : non iritasi terhadap saluran pernafasan dan menghasilkan mual dan muntah yang minimal pada post op. Halotan dapat menekan pada system cardiovaskuler ( Hypotensi dan Bradicardia). Dan berpengaruh terhadap hypotalanus.
b. Ethrane. Anasthesi inhalasi yang menghasilkan relaksasi otot yang adekwat. Ethrane mengurangi vintilasi klien.dan menurunkan tekanan darah.
c. Penthrane. Pelemas otot yang efektif dan memberikan efek analgetik pada konsentrasi rendah, toksik pada ginjal dan hanya digunakan untuk pembedahan waktu pendek.
d. Forane. Muscle relaksan, cardio vascular tetap stabil.

Anesthesi Injeksi IV.
Memberikan perasaan senang., cepat dan pelepasan obat secara pelan.
a. Barbiturat. Sering digunakan, bekerja langsung pada CNS dari sedasi sedang sampai kehilangan kesadaran, sedikit mengurangi nyeri.
Thiophental sodium; 
- Skart acting 
- Suplement N20 pada operasi singkat.
- Hipnotik pada anesthesia regional.
- Depresan paten terhadap sistem jantung dan paru
b. Narcotik:
- Suplement anesthesia inhalasi
- Narkotik yang sering digunakan morphin sulfat, meperidine, dan Fentanil Sitrate.
- Analgesia post op yang adekwat.
- Menurunkan ventilasi alveolar dan depresan pernafasan.
c. Inovar.
- Kombinasi Fentonil sitrat dan Tranguilizer Dropreridol.
- Digunakan dosis kecil untuk supplement N20 dan anesthesia regional.
- Durasi panjang depresi pernafasan, hypoventilasi, apnea, hypotensi selama posat op.
d. Ketamine:
- Obat anesthesia yang tersendiri.
- Bekerja pada bagian syaraf teretentu.
- Diberikan pada IV atau IM.
- Menyebabkan penurunan kesadaran secara cepat, analgetika tanpa depresi pernafasan atau kehilangan tonus otot.
- Merangsang sitem cardiovascular.
- Digunakan : Diagnostik, pembedahan singkat, supplement N20.
- Selama pemberian: mimpi buruk, halusinasi, tindakan irrational. 
e. Neuromusculer  brochler.  
- muscle relaksan selama pembedahan.
- Mempermudah pemasangan GT Tube 
- Bekerja pada garis otot tubuh dengan mempengaruhi impuls pada motor end plate.
Komplikasi anesthesia umum:
Komplikasi jarang tetapi dapat mengancam jiwa.
- Komplikasi sebagian besar minor sebagai akibat tehnik intubasi seperti gigi patah atau trauma vocal cord. Dapat terjadi akibat hyperektensi leher, rongga mulut kecil, sendi mandibuler yang kaku.
- Anesthesia overdosis pada orang tua atau kelainan klien.
- Hypertermia Maligna.  Kerusakan pada membran sel otot  circulasi calcium ,  rata-rata mertabolisme meningkat dan suhu tubuh  46 derajad  celcius. Terjadi pada klien yang  sensitip pada halothane, penthran, succinyl clorida .
Gejala : tacicardi, peningkatan suhu tubuh yang kontinus, sianosis , hipotensi, kaku otot, aritmia .
Tindakan :
- Operasi dihentikan, pendinginan dengan cairan es IV.
- Lavage es nasogastric 
- Secara simultan diberikan diuretic, oksigen 100 %.
b). Anestesi local atau regional
Anestesi local atau regional secara sementara memutus transmisi impuls  saraf menuju  dan dari lokasi khusus. Luas anestesi tergantung : 

- ÿÿl3ÿÿÿÿaspalphaLetak aplikasi
- Volume total anestesi 
- Kosentrasi dengan kemampuan penetrasi obat 

Penggunaan regional anestesi : 
- Kontra indikasi general anestesi 
- Klien mengalami reaksi yang merugikan dengan general anestesi 
- Pilihan klien 

Komplikasi :
- Over dosis
- Teknik pemberian yang salah 
- Sensitifitas klien terhadap anestesi 
Tanda : 
Stimulasi CNS diikuti depresi CNS dan cardio:
Gelisa, pembicaraan incoherent, sakit kepala, mata kabur, rasa metalik, mual, muntah, tremor,konfulsi dan peningkatan nadi respirasi , tekanan darah
Komplikasi local : Edema,peradangan, abses, necrosis,ganggren.

Teknik pemberian 
Anestesi Topikal 
Pemberian secara langsung pada permukaan area yang dianestesi
Bentuk: Salep atau spray.
Sering digunakan : prosedur diagnotik atau intubasi , l;aringoskopi, cistocopi.
Masa kerja  1 (satu ) menit, lama kerja 20 – 30 menit 
1. Lokal anestesi 
Injeksi obat anestesi secara I C dan S C ke jaringan sekitar insisi , luka atau lesi.

2. Field Block
Injeksi secara bertahab pada sekeliling daerah yang dioperasi 
( hjerniorraphy , dental prosedur ,bedah plstik )


3. Nerve Block
Injeksi obat anestesi local ke dalam atau sekitar saraf atau saraf yang mempesarafi daerah yang dioperasi . Block saraf memutus transmisi sensasi ,motor, sympatis.
Tujuan : mencegah nyeri selama prosedur dianostik, mengurangi nyeri dan meningkatkan sirkulasi pada penyakit vascular.
Contoh : lidocain ( xilocain )
  Bupivacain ( makain )
  Ephineprin  potensiasi

4. Spinal Anestesi / Intra techal
Dicapai dengan injecsi obat anestesi ke dalam ruang sub orachonoid.
Pada  L 2 – 3 atau L 3 – 4.
Absorsi ke erat saraf  terjadi secars cepat dan menghasilkan analgesia dengan relaksasi.
Efektif untuk operasi abdomen dan panggul.

Pengkajian :
Di ruang penerimaan perawat sirkulasi:
- Memvalidasi identitas klien.
- Memvalidasi inform concent.
- Chart Review.
- Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebutuhan actual dan potensial selama pembedahan.
- Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah operasi.
- Perawat menanyakan.:
- Riwayat allergi, reaksi sebelumnya  terhadap anesthesia atau tranfusi darah.
- Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan  fisik.
- Check pengobatan sebelumnya : therapy, anticoagulasi.
- Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.
-  Kateterisasi.
Analisis:
1. Potensial for injury s.d aanesthesia, posisi intra operatif dan bahaya lain dari lingkungan intra operatif.
2. Gangguan integritas kulity s.d luka operasi.
3. Gangguan pertukaran gas s.d anesthesia 
4. Defisit volume cairan s.d kehilangan darah dan cairan tubuh selama pembedahan. 
Perencanaan.:
Potensial For Injury.
Tujuan:: Klien akan dipertahankan dalam keadaan anesthesia yang aman selama pembedahan  dan bebas dari perlukaan peralatan operasi.
Intervensi:
- Persiapan dan penggunaan obat anesthesia yang tepat.
- Positioning  posisi yang tepat.
Untuk menjamin posisi yang tepat dikaji : kesesuaian fisiologiss, perubahan sirkulasi yang minimal, proteksi struktur tulang dan neuromusculair, penggunaan dan lokasi IV line, cara anesthesia, keamanan dan keselamatan klien.
- Penggunaan peralatan elektrik. Lempeng grounding yang ditutupi jeli tidak menekan tubuh. 
- Chek hati-hati alat / electrosurgical  mencegah luka bakar.
Gangguan integritas kulit:
Tujuan: Klien akan mengalami gangguan integritas kulit yang dan kontaminasi yang minimal.
Intervensi:
- Plastic adhesive drape setelah daerah pemebdahan dibersihkan dan kering.
- Penutupan kulit:
- Tujuan: 
- Menutup lumen pembuluh darah.
- Mencegah perdarahan dan kehilangan cairan tubuh.
- Mencegah kontaminasi luka.
Dua factor yang menentukan kekuatan penutupan luka :
- Materi jaahitan.
Ahli bedah akan memilih metode dan type penutupan kulit berdasarkan letak incisi, ukuran dan kedalaman luka, usia dan riwayat medik klien.
- Staples dan plester digunakan untuk menutup luka superfisialis atau epidermis.
Benang jahit : Absorbable dan non absorbable.
Ukuran benang : 0.-5,  2 – 0 –11- 0. 

INTERVENSI KLIEN POST OPERASI.

Stadium ketiga dan terakhir dari perioperasi adalah bila klien masuk ruang pulih sadar, ruang PAR, atau PACU.
Selama periode post operative, klien dirawat oleh perawat di ruang PAR ( Post Anesthesia Recovary ) dan unit setelah di pindah dari ruang pemulihan.
Waktu yang diperlukan tergantung umur dan kesehatan fisik, type pembedahan, anesthesia dan komplikasi post operasi.
Perawat sirkulasi, anesthesiologist / perawat anesthesia dan ahli bedah mengantar klien ke area recovery  awal periode post operasi.
Ahli bedah atau anesthesiologist mereview catatan klien dengan perawat PACU dan menjelaskan type dan luasnya pembedahan, type anesthesia, kondisi pathologist, darah, cairan intra vena, pemberian obat, perkiraan kehilangan darah dan beberapa trauma intubasi.

Pengkajian;
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat  klien, status fisik dan emosi, sebelum pembedahan dan alergi.
Pemeriksaan fisik dan manifestasi klinik.. 

System pernafasan.
Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
- Potency jalan nafas,  meletakan tangan di atas mulut atau hidung.
- Perubahan pernafasan ( rata-rata, pola, dan kedalaman). RR  < 10 X / menit  depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal  gangguan cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.
- Auscultasi paru  keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.
- Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi  sternal  efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.
Thorax Drain.
Sistem Cardiovasculer. 
Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tuiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung  depresi miocard, shock, perdarahan atau overdistensi.
Nadi meningkat  shock, nyeri, hypothermia.
Kaji sirkulasi perifer ( j\kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas.
Homan’s saign  trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah ( edema , kemerahan,  nyeri).
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit 
- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.
- Ukur cairan  NG tube, out put urine, drainage luka.
- Kaji intake / out put.
- Monitor cairan intravena dan tekanan darah.
Sistem Persyarafan.
- Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran  semua klien dengan anesthesia umum.
- Klien dengan bedah kepala leher :  respon pupil, kekuatan otot, koordinasi.  Anesthesia umum  depresi fungsi motor. 
Sistem perkemihan.
- Kontrol volunteer fungsi perkemihan kembali  setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV, spinal.
Anesthesia , infus IV, manipulasi operasi  retemnsio urine.
Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi abdomen bawah (distensi buli-buli).
- Dower catheter  kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam  komplikasi ginjal.

Sistem Gastrointestinal.
- Mual muntah  40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.
- Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suarar usus.
- Kaji paralitic ileus  suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
- Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan decompresi dan drainase lambung.
Meningkatkan istirahat.
Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.
Memonitor perdarahan.
Mencegah obstruksi usus.
Irigasi atau pemberian obat.
Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.

Sistem Integumen.
- Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi, obat-obat steroid.
- Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.
- Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :
Infeksi luka.
Diostensi dari udema / palitik ileus.
Tekanan pada daerah luka.
Dehiscence.
Eviscerasi.
b. Drain dan Balutan
Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR, ( Jumlah, warna, konsistensi, dan bau cairan drain dan tanggal observasi).
Dan minimal tiap 8 jam saat di ruangan.

c. Pengkajian  Nyeri
d. Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra operative.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi, diaphorosis, gelisah, menangis.
Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.

Pemeriksaan Laboratorium.
Dilakukan untuk memonitor komplikasi .
Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi pot operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah lengkap.

Diagnosis Keperawatan.
1. Gangguan pertukaran gas, s.d efek sisa  anesthesia, imobilisasi, nyeri.
2. Gangguan integritas kulit s.d luka pemebedahan, drain dan drainage.
3. Nyeri s.d incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
4. Potensial terjadi perlukaan s.d effect anesthesia, sedasi, analgesi.
5. Kekurangan volume cairan s.d kehilangan cairan intradan pot operasi.
6. Ketidak efectifan kebersihan jalan nafas s.d peningkatan skresi.
7. Perubahan eliminasi urine ( penurunan) s.d obat anesthesia dan immobilisasi.

PERENCANAAN
1. Gangguan pertukaran gas
Tujuan : 
Klien akan mempertahankan ekspansi paru dan fungsi pernapasan yang adekuat.
Intervensi :
- Posistioning klien untuk mencegah aspirasi
- Insersi mayo  mencegah obstruksi, melakukan suction.
- Pemberian aksigen
- Endotracheal tube/mayo dilepas  refleks gag kembali..
- Dorong batuk dan bernapas dalam 5 – 10 x setiap 2 jam. Khususnya 72 jam pertama (potensial komplikasi :atelektasis, pneumonia).
- Klien dengan penyakit paru, orang tua, perokok, panas spirometer.
- Suction.

2. Gangguan integritas kulit
Tujuan :
- luka klien akan sembuh tanpa komlikasi luka post operatif.
Penyebab luka infeksi :
- kontaminasi selama pembedahan
- infeksi preoperative
- teknik aseptic yang terputus
- status klien yang jelek.
Intervensi : 
- Terapi obat :
antibiotik profilaksis spectrum luas (24 – 72 jam post op)
perawatan luka dengan gaas antibiotik.
- Balutan luka : ganti sesuai order dokter. Luka yang ditutup dengan balutan dibuka 3-6 hari.
- Drain :
evakuasi cairan dan udara
mencegah luka infeksi yang dalam dan pembentukan abses pada luka bedah.
3. Nyeri
Tujuan : klien akan mengalami pengurangan nyeri akibat luka bedah dan posisi selama operasi.
Intervensi
- Terapi obat :
Pemberian anlgetik narkotik dan non narkotik  nyeri akut (meperidin hydroclorida, morphine sulphate, codein sulphate, dan lain-lain.)
Mengkaji tipe, lokasi ditensitas nyeri sebelum pemberian obat.
Pada pembedahan yang luas  kontrol nyeri  iv pump.
Observasi tekanan darah, pernapasan, kesadaran, (depresi napas, hyotensi, mual, muntah  komplikasi narkotik).
Metode pangendalian nyeri yang lain :
1. positioning
2. perubahan posisi tiap 2 jam
3. masase

Evaluasi :
Kriteria hasil yang diharapkan pada klien post op adalah :
1. Mempertahankan ekspansi paru dan fungsi yang adekuat yang ditandai suara napas jernih.
2. Mengikuti diet TKTP
3. menjelaskan dan mendemonstrasikan perawatana balutan dan drain.
4. Penyembuhan komplit tanpa komplikasi
5. Mengungkapkan nyeri hilang.

Photobucket