Rabu, 04 Mei 2011

Pre eklampsi dan Marah

Pre eklampsi dan Marah

A. Latar Belakang
              Preeklampsi merupakan penyulit dalam proses kehamilan yang kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Dimana faktor ketidaktahuan tentang gejala awal oleh masyarakat merupakan penyebab keterlambatan mengambil tindakan yang dapat berakibat buruk bagi ibu maupun janin.
              Dari kasus kehamilan yang dirawat di rumah sakit  3-5 % merupakan kasus preeklampsi atau eklampsi  (Manuba,1998). Dari kasus tersebut 6 % terjadi pada semua kehamilan, 12 % terjadi pada primigravida  (Muthar,1997). Masih tingginya angka kejadian dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu hamil dan tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya.

               Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi terhadap tingginya tingkat kematian bumil dan janin , sudah selayaknya dilakukan suatu upaya untuk mencegah dan menangani  kasus preeklampsi . Keperawatan bumil dengan preeklampsi merupakan salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi sebagai akibat lanjut dari preeklampsi tersebut.

B. Tujuan 
1. Umum 
Memberi gambaran dalam penerapan  asuhan keperawatan yang komprehensip meliputi  : Bio, Psiko, Sosial, dan Spiritual pada bumil dengan preeklampsi.
2. Khusus
-  Mampu mengkaji, menganalisa, merencanakan , melaksanakan , dan mengevaluasi.
- Mampu memecahkan masalah yang timbul.

C. Metode
Metode yang digunakan  adalah melalui  wawancara dan catatan medik  RS serta pemeriksaan fisik langsung.

D. Sistematika Penulisan 
Bentuk sistem penulisan terdiri dari :
 BAB I :  Pendahuluan
 BAB II :  Tinjauan Pustaka
 BAB III :  Tinjauan Kasus
 BAB IV :  Pembahasan
 BAB V :  Penutup 

BAB  II
TINJAUAN  PUSTAKA

I. Pengertian 
Preeklampsi  adalah  penyakit yang diderita  oleh bumil yang ditandai dengan adanya hipertensi, oedema, dan proteinuri. Tetapi bumil tidak menunjukan tanda-tanda kelainan hipertensi sebelum hamil (Rustam Mucthar, 1998). Dimana gejala preeklampsi biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. 

II. Etiologi 
Secara pasti penyebab timbulnya gejala tersebut belum diketahui secara pasti, teori yang digunakan oleh ilmuwan belum dapat menjawab beberapa hal berikut :
1. Frekuensi bertambah banyak pada primigravida, kehamilan ganda, hidramion, dan mola hidatidosa.
2. Sebab bertambanya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan .
3. Sebab jarang terjadinya preeklampsi pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
4. Sebab timbulnya hipertensi, oedema, dan proteinuri.
Dari semua gejala tersebut, gejala awal yang muncul adalah hipertensi, dimana untuk menegakkan diagnosa tersebut adalah yaitu kenaikan tekanan sistole paling tidak naik hingga 30 mmHg atau lebih dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya. Kenaikan  diastolik 15 mmHg atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Untuk memastikan diagnose tersebut harus dilakukan pemeriksaan  tekanan darah minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam pada saat istirahat.
Oedema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dengan kenaikan BB yang berlebihan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Bila kenaikan  BB lebih dari 1 Kg setiap minggunya selama beberapa kali ,maka perlu adanya kewaspadaan akan timbulnya preeklampsi.
Proteinuri  berarti  konsentrasi  protein dalam  urin > 0,3 gr/liter urin 24 jam  atau   pemeriksaan  kuantitatif menunjukkan + 1 atau + 2    atau 1 gr/liter atau lebih dalam urine midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam . Proteinuri timbul lebih lambat dari dua gejala sebelumnya, sehingga perlu kewaspadaan jika muncul gejala tersebut.

III. Patofisiologi.
            Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu mengalami spasme pembuluh darah  perlu adanya kompensasi hipertensi  ( suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan adanya  spasme pembuluh darah  menyebabkan perubahan – perubahan ke organ  antara lain  :                
a.   Otak .
Mengalami  resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan CVA ,serta kelainan visus pada mata.
b.   Ginjal.
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang  maka terjadi filtrasi glomerolus  negatif , dimana filtrasi natirum lewat glomelurus mengalami penurunan  sampai dengan 50 %  dari normal yang mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.
c.   URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam kandungan.
 d.  Rahim 
Tonus otot  rahim peka rangsang terjadi peningkatan  yang akan menyebabkan partus prematur.
e.   Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru  sehingga oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan kematian .
f.   Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan  oedema hati , dan perdarahan subskapular sehingga sering  menyebabkan nyeri epigastrium, serta ikterus.   

VI. Klasifikasi  Preeklampsi  : 
a. Preeklampsi  ringan  ditandai : 
- Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan intrerval  6 jam pemeriksaan.
- Tekanan darah diastol  90  atau kenaikan 15 mmHg.
- BB naik lebih dari 1 Kg/minggu.
- Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 – 2 pada setiap urine kateter atau midstearh.
b. Preeklampsi  berat  ditandai :
-   Tensi 160/110 mmHg atau lebih.
-   Oliguri, urine , 400  cc/24 jam.
-   Proteinuri > dari  3 gr/l.
- Keluhan subyektif : nyeri epigastrium, nyeri kepala, gangguan penglihatan, gangguan kesadaran, oedema paru dan sianosis.

V. Predisposisi preeklampsi meningkat pada kehamilan :
- Penyakit Trophoblastic
Terjadi pada 70 % dari wanita dengan mola hidatidosa terutama pada usia kehamilan 24 minggu.
- Multigravida
Walaupun kejadian preeklampsi lebih besar pada primigravida, insidennya meningkat juga pada multipara kejadiannya hampir mendekati 30 %.
- Penyakit Hipertensi kronik.
- Penyakit Ginjal kronik.
- Hidramnion, gemmeli.
- Usia ibu lebih dari 35 tahun.
- Cenderung Genetik.
- Memiliki riwayat Preeklampsi.
- DM, insiden 50 %.
- Obesitas.

VI. Penanganannya.
            a.   Preeklampsi  Ringan :
Jika kehamilan kurang 37 minggu dilakukan pemeriksaan 2 kali seminggu secara rawat jalan :
Pantau tensi, proteinuri, reflek patela, dan kondisi janin.
Lebih banyak istirahat.
Diet biasa.
Tidak perlu obat-obatan.
b. Preeklampsi  Berat :
Penangananya sama, kecuali persalinan  harus berlangsung dalam 12 jam setelah kejang.

VII. Pengkajian 
a. Anamnese :
- Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkwinan, berapa kali nikah, dan berapa lama.
- Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur.
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal,  HT, paru.
- Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau preeklampsi.
- Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita penyakit jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.
- Pola pemenuhan nutrisi.
- Pola istirahat.
- Psiko-sosial- spiritual :emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan.
b. Pemeriksaan fisik :
- Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan menekan bagian tertentu dari tubuh.
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress, kelainan jantung, dan paru pada ibu.
- Perkusi : untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat pemberian  Mg SO4.
- Pemeriksaan penunjang :
Tanda vital yang diukur  2 kali dengan interval 6 jam.
Laboratorium : proteinuri dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau  + 1 sampai  + 2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, berat jenis urine meningkat, serum kreatinin meningkat, uric acid > 7 mg/100 ml.
USG : untuk medeteksi keadaan kehamilan, dan plasenta.
NST : untuk menilai kesejahteraan janin.

VIII. Analisa Data 
Setelah pengumpulan data langka berikutnyaadalah menganalisa data dengan mengelompokan data subyektif dan obyektif, etiologi, dan kemudian masalah keperawatannya.

IX. Diagnosa keperawatan  yang muncul  :
Diagnosa PEB 
Gangguan  keseimbangan  cairan  dan  elektrolit b/d  retensi  air  dan  garam.
Gangguan  perfusi  jaringan ginjal b/d vasokntriksi, spasme, dan oedema glomelurus.
Resiko tinggi injury ibu b/d penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tensi.
Resiko tinggi  janin  b/d perubahan perfusi pada plesenta.

Diagnosa PER
Cemas b/d Ketidaktahuan tentang penyakit dan penanganannya.
Resiko tinggi terjadinya PEB.

DAFTAR  PUSTAKA


Hasil seminar kegawatan bumil dan neonatus dengan preeklampsi dan eklampsi, 2001. RSUD  Dr  Soetomo. Surabaya.


JNPKKR - POGI ,2000. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.


Manuaba, Ida Bagus Gede ,1998. Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan KB. Jakarta : EGC.

Myles MF, Text  Book For Midwive, Churchillivine Stone, London,1998.

Prawirohardjo, Sarwono, 1997. Ilmu  Kebidanan . Jakarta YBP. SP.

Rustam Mocthar, 1992. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC.

Taber. Ben Zion, MD ,1994. Kapita Sclekta : Kedaruratan Obstetri Dan Ginekologi. Penerbit EGC. Jakarta.        

Yasmin Asih, 1995. Dasar-Dasar Keperawatan, Maternitas EGC, Jakarta.

DETEKSI DINI DAN PENANGANAN
“PROBLEMA KEMARAHAN”

Marah  adalah :
              Suatu perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap perasaan cemas yang dirasakan sebagai ancaman.

Tanda Marah meliputi :
1. Emosi
- Tidak aman 
- Rasa terganggu
- Dendam
- Jengkel

2. ÿÿ35Fisik :
- Muka merah
- Pandangan tajam
- ÿÿÿÿd ÿÿj ÿÿÿÿowidctlparNafas pendek
- Keringat
- Sakit fisik
- Penyalahgunaan obat
- Tekanan darah naik

3. Spiritual :
- Kemahakuasaan
- Kebenaran diri
- Keraguan
- Tidak bermoral
- Kebejatan
- Kreativitas terhambat

4. Intelektual :
- Mendominasi
- Bawel
- Kasar
- Berdebat
- Meremehkan

5. Sosial :
- Menarik diri
- Pengasingan
- Penolakan
- Kekerasan
- Ejekan
- Humor

Proses Terjadinya Marah


Ancaman / Kebutuhan


Stress


Cemas

Marah

Merasa Kuat
Mengungkapkan
Secara Verbal

Merasa Tidak Adekut

Menantang
Menjaga Keutuhan
An. Orang lain

Melarikan Diri
Masalah Tak Selesai
Lega

Mengingkari Marah
Marah Berlanjut
Ketegangan Turun

Marah Tak Terungkap

Bermusuhan

Marah Pada Diri


Marah Pada Orang Lain
Depresi Agresif/ngamuk

Cara Mengatasi Marah Ada 2 Cara Yaitu :
1.  Cara Umum
- Melakukan kegiatan fisik ( Olahraga)
- Mengurangi sumber marah ( Sikap keluarga yang lembut)
- Mendorong klien mengungkapkan marah
- Mememotivasi klien mengungkapkan marah yang kontruktif
- Menganjurkan melakukan ibadah menurut kepercayaan masing-masing

2. Cara Khusus
- Berteriak, menjerit, memukul ( Terima marah klien, arahkan klien memukul barang yang tidak rusak)
- Bantu klien latihan relaksasi
- Melakukan humor tanpa menyakiti orang lain
- Observasi ekspresi humor yang menjadi sasaran

Photobucket