PENDEKATAN RESIKO TINGGI DALAM PENGELOLAAN
PELAYANAN KESEHATAN ANAK
I. Masalah kesehatan anak.
Di Indonesia , permasalahan kesehatan anak dapat digolongkan kedalam 3 golongan besar, yaitu :
Masalah kependudukan
Masalah Gizi
Masalah morbilitas (kesakitan) dan mortalitas (kematian).
KEPENDUDUKAN.
Sebagai keseluruhan , didunia 36% golongan anak dibawah umur 15 tahun. Dan ternyata justru lebih banyak terdapat dinegara berkembang atau yang belum maju, yang merupakan 40% dari seluruh penduduk.
1.439**
total :
Penduduk dunia 4. 4.022**
Negara maju 1.129**
Nagara belum
Maju 2.892**
** = angka dalam jutaan (populasi ref, Bureau 1975)
= anak dibawah umur 15 tahun
Populasi yg relatif banyak ini tidak sesuai dengan kemampuan suatu negara yang belum maju ekonominya untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dalam suatu keluarga sebagai suatu unit terkecil dimasyarakat . Jumlah anak banyak suatu keluarga di Indonesia merupakan beban berat (rata-rata).
Tidak saja dalam memberikan makan yang bergizi dan berkwalitas cukup, akan tetapi juga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, seperti pakaian, pendidikan anak serta fasilitas untuk memberikan asuhan yang baik guna pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kelanjutan hidup anak akan terlambat, pertumbuhan serta perkembangannya teraganggu , fisik, mental maupun sosialnya, yang kemudian pada gilirannya akan meghasilkan generasi-generasi yang kurang baik juga .
Menekan explosi kependudukan merupakan alternatif sutu-satunya dewasa ini dan kesejahtraan keluarga dan bangsa tergantung dari keberhasilannya menanggulangi masalah kependudukan tersebut. Ini merupakan tantangan dan tanggung jawab generasi sekarang untuk menghasilkan generasi mendatang yang sejahtra dan bahagia.
ANGKA KELAHIRAN DIDUNIA (19975)
PER 1.000 PENDUDUK PER TAHUN.
Eropa barat ======== 12
Eropa utara ======== 13
Amerika utara ========= 15
Eropa Sealatan ========== 17
U.S.S.R ========== 18
Eropa Timur ========== 18
Oceania ============ 21
Asia Timur ============= 22
Amerika selatan ============== 23
Caribia ==================== 29
Indonesia ======================== 36 (’78)
Asia tengah selatan ========================= 37
Asia Tenggara ========================= 37
Amerika sel tropik ========================= 37
Asia barat daya =========================== 40
Afrika Selatan ============================ 41
Amerika tengah ============================= 42
Afrika Utara ============================== 43
Afrika Timur =============================== 45
Afrika Barat ================================ 47
Afrika Selatan ================================= 49
0 ================ 25 ================50
Pop. Ref. Bureau, 1978 World Pop Data Sheet.
GIZI. Gizi baik diperlukan sejak dalam kandungan. Ibu hamil dengan gizi kurang atau buruk akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janinnya dengan akibat bayi lahir kecil.
Di RS dr Soetomo terdapat sekitar 17 – 20% bayi lahir dengan berat badan badan lahir rendah. Dari bayi-bayi kecil tersebut 45 – 50 % adalah kecil dan tidak sesuai dengan umur kehamilannya (K.M.K)
Kurang gizi ringan terdapat pada 30% dari anak-anak yg berumur 0 – 6 tahun, sedangkan kurang gizi berat terdapat pada 3 % anak-anak yang berumur 0 – 6 tahun.
Gizi kurang terdapat pada ibu hamil sekitar 7%, sedangkan pada ibu yang sedang meneteki diperkirakan 3%.
Masa PERINATAL atau tepatnya pada pertengahan kehamilan sampai anak mencapai usia 2 tahun, adalah masa yang amat bagi perkembangan jaringa otak ( kecuali cerebellum yang memerlukan bagi seorang ibu maupun sibayi/anak masa yang penting ini, dimana pertumbuhan dan perkembangan otaknya sedang pesat berjalan. (3).
Pada suatu penelitian beberapa tahun yang lalu dirurabaya, ditemukan bahwa anak-anak sekolah berumur 7 – 10 tahun ternyata lebih mungkin 50% dari mereka tidak mencapai intelegensi rata-rata anak yang mungkin dapat dihubungkan dengan makanan sehari-hari mereka .
Rupanya perkembangan otak telah berjalan kronis yaitu sejak janin dalam kandungan dan setelah dilahirkan yang merupakan waktu yang penting seperti diatas.
Tentu saja disamping gizi, masih banyak penyebab lain seperti pasilitas belajar yang serba kurang, dirumah maupun disekolah, dimana anak duduk dibangku dengan berjejal serta kurangnya para guru.
Bahwa gizi erat hubungannnya dengan daya tahan terhadap infeksi telah banyak diuraikan. Seperti misalnya tuberkulosa , gastro enteritis akut, bronchopneumonia dan lain-lain akan menjadi lebih berat bila keadaan penderita dalam gizi yang kurang atau buruk.
Anemi karena kurangnya zat besii, terdapat pada 40% anak-anak pra sekolah dan 31% pada anak-anak masa sekolah.
Kurang Vitamin A diderita pula oleh anak-anak banyak yang dapat mengakibatkan kebutaan.
MORBIDITAS DAN MORTALITAS.
Bahwa 5% penduduk pada satu saat menderita sakit telah dilaporkan dalam Housechold Survey 1972, dari mereka yang sakit ternyata 25% terdiri dari anak-anak dibawah umur 5 tahun.
Data RS Dr. Soetomo menunjukkan dimana 90% anak-anak yang dirawat karena infeksi. Ternyata terbanyak adalah infeksi dengan gejala dari sistem saluran pencernaan makanan (51,2%) kemudian dari saluran pernapasan (18,6%) dan kemudian infeksi dengan gajala dari sistem syaraf sentral sepertyi kejang-kejang yang lama, encephalitis atau miningo encephalitis (10,7%). Demikian pula dipoliklinik anak, menunjukkan 90% anak-anak berkunjung karena sakit infeksi.
Demekian pula angka kematian diIndonesia, yang menunjukkan angka 16 kematian per 1.000 penduduk pertahun, yang mana 44% adalah anak-anak dibawah umur 5 tahun sedangkan 2% dari ibu-ibu melahirkan.
Pada anak penyebab utama kematian ialah radang akut dari saluran pernafasan dan saluran pencernaan makanan yg diperkuat lagi dengan gizi buruk. Ini dinyatakan lagi dalam data RS diseluruh Indonesia bahwa penyebab utama dari kematian adalah mencret-mencret (10,8%) , pneumenia (7,1%), tetanus (6,8 %), kolera (5,0%) dan typhoid (4,6%) data Dep Kes ,1977.
Angka kematian bayi diIndonesia masih belum jelas. DepKes menyatakan bahwa angka kematian bayi pada tahun 1976 adalah 110 per 1.000 bayi lahir hidup.
Dibandingkan dengan angka kematian bayi negara - negara yang telah maju, angka tersebut masih sangat tinggi. Biro statistik manganalisa bahwa angka kematian bayi tersebut sangat tinggi diluar jawa dibandingkan dengan yang ada dijawa.
1975 – 1980 laki-laki 153 176
Perempuan 126 140
1980 – 1985 laki-laki 140 160
Perempuan 116 129
• Tidak termasuk Irian Barat, Maluku dan NTT
ANGKA KEMATIAN BAYI DIDUNIA , 1975
Pertahun , per 1.000 kelahiran hidup.
Afrika Utara ==================== 128
Afrika Barat ========================= 158
Afrika Timur ======================= 148
Afrika Tengah =========================== 164
Afrika Selatan =================== 119
Barat daya
Asia Tenggara ================== 117
Asia Sel. Tengah ===================== 133
Asia Tenggara =================== 118
Asia Timur ========== 59
Amerika Utara ==== 15
Amerika latin ============== 84
Amerika Tengah =========== 68
Karibia ========== 64
Amerika sel Tropik =============== 98
Amerika Sel Dingin ========= 57
Eropa Utara === 13
Eropa Barat ==== 14
Eropa Timur ======= 25
Eropa Selatan ====== 24
USSR ======== 28
Oceania ========= 41
0====25=====50=====75 =====100====150====200
Pop. Ref. Bureau, 1978
II. PENDEKATAN RESIKO TINGGI
Dari berbagai masalah kesehatan diatas, dapat disadari bahwa kesehatan merupakan maslah yang sangat penting artinya dalam masa pembangunan kita dewasa ini.
Dalam GBHN dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan kita pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia , jadi jelaslah hubungan usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan kita , karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita. Pengatahuan tentang kesehatan dapat kita miliki, serta dari berbagai macam pertemuan ilmiah, nasional maupun internasional, dapatlah kita fikirkan cara-cara menanggulangi karena masalah tersebut memang yang sangat kompleks. Secara teori ,terbanyak penyakit yang diderita masyarakat, terutama yang paling rawan, yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan meneteki serta anak dibawah 5 tahun, adalah penyakit yang dapat atau mudah dicegah.
Dengan mengikut sertakan masyarakat. Untuk memahami berbagai masalah kesehatan dapatlah beberapa kemajuan, seperti yang telah dibuktikan diberbagai daerah di Jawa tengah dan Sumatra Barat, ataupun di Jawa Timur, yaitu yang kita sebut Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa dengan kader kesehatan atau prokesanya. Disini dimaksudkan agar masyarakat memeliki kesadaran untuk mau hidup bersih dan sehat, dengan memberikan sedikit wewenang kepada beberapa pemuka masyarakat untuk mengetahui ilmu kesehatan sehingga pertolongan pertama dapat ia berikan.
Sebenarnya dapat kita cari terlebih dahulu hasil akhir dari berbagai masalah kesehatan diatas. Kemudian, bila kita telah mendapatkan hal tersebut, dicari faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan keadaan yang jelek tadi. Dengan menentukan faktor-faktor tersebut diatas, dapat dilakukan intervensi agar tidak timbul hasil akhir yang buruk tadi.
Karena tidak semua masalah dapat kita tanggulangi, sebab fasilitas dan tenaga kesehatan yang masih belum mencukupi , maka timbullah pendekatan yaitu pendekatan dengan mencari dan menentukan faktor-faktor yang dapat menjurus ke keadaan resiko tinggi seseorang dengan akibat suatu “ out-come” yang tidak diinginkan.
Seperti yang telah disebut diatas. Golongan yang rawan adalah ibu dan anak. Biologis, mereka memiliki sifat-sifat yang khas, yaitu proses kehamilan dan usia muda. Anak tidak dapat diperlakukan sebagai orang dewasa tetapi kecil. Mereka bukanlah miniatur orang dewasa. Usia muda berarti dapat tumbuh dan berkembang, sejak konsepsi sampai dewasa.
Selama proses ini terjadi maka terjadilah berbagai macam kesulitan dan hambatan dengan akibat “out come” yang tidak baik tadi. Faktor-faktor yang mempermudah untuk menjadikan ibu atau anak menderita sakit kita sebut faktor-faktor resiko.
Dan ibu atau anak dengan faktor-faktor tersebut disebut dalam keadaan resiko tinggi. Individu atau kelompok manusia dalam resiko tinggi inilah yang perlu mendapat perhatian sehari-hari.
Yang dimaksudkan dengan perhatian, ialah usaha mencegah, sehingga diharafkan tidak terjadi “ outcome” yang kurang baik tadi. Mengambil langkah-langkah sehingga tidak terjadi sakit. Kematian atau cacat. Pada umumnya kita kenal yang dalam keadaan resiko tinggi, seperti ; kehamilan pertama, paritas yang telah banyak, kehamilan pada wanita usia muda maupun usia tua, kehamilan kembar, bayi terdahulu still-birth, malnutrition.
Menurut definisi, Resiko berarti : “ dalam bahaya” atau dihadapkan pada sesuatu yang merugikan.”
Jadi, yang tersebut dengan FAKTOR-FAKTOR RESIKO ialah : ciri-ciri tertentu, atau suatu keadaan yang kita ketahui mempunyai kaitan, bahwa karena keadaan tersebut, seseorang atau kelompok orang yang kita ketahui mempunyai kaitan, bahwa keadaan tersebut, seseorang dapat jatuh kedalam keadaan atau mempunyai resiko yang tinggi untuk mendapatkan “out come” yang tidak diharafkan.
Itulah sifat pertama, yaitu mempunyai kaitan yang jelas dengan outcomenya.
Namun hubungan faktor risiko dengan outcome tersebut , dapat bermacam-macam :
1. Suatu faktor risiko sebagai “ penyebab langsung” :
Misalnya ibu hamil yang terserang penyakit Rubella ……. Maka kemungkinan besar bayinya akan menderita malformasi kongenital, atau ibu yang mengandung dengan gizi yang buruk dapat mengakibatkan bayi lahir dengan KMK ( kecil untuk masa kehamilan )
2. Faktor risiko dapat hanya sebagai faktor pembantu saja, yang dapat mengakibatkan timbulnya risiko tinggi pada seseorang. Seperti malaria yang mengakibatkan anemia seorang ibu, dan kalau kemudian hamil dapat menimbulkan berbagai komplikasi.
3. Faktor risiko ysng menurut data statistik, merupakan keadaan yang seringkali menyebabkan seseorang dalam risiko tinggi, seperti halnya kemelaratan, biasanya kita lihat mempunyai banyak anak. Oleh karena itu bayi – bayi yang lahir dalam keadaan KMK, yang juga mudah sakit gastroenteritis, dan karena miskin menjadi marasmus dan kematian. Demikianlah biasanya yang kita amati atau tercatat didalam statistik.
Sifat kedua ialah bahwa faktor risiko yang kita lihat di masyarakat atau pada seseorang harus terlihat pula pada orang banyak di masyarakat itu dan dapat menimbulkan outcome yang sama. Jadi dengan demikian tampak bahwa memang benar faktor risiko yang kita lihat tersebut ada hubungannya dengan outcome yang tidak diharapkan.
Sifat ketiga, mengatakan bahwa disebut faktor risikopada seseorang bila “ outcome “ yang tidak diinginkan tersebut lebih sering terlihat dibandingkan dengan bila orang tidak memiliki faktor risiko dimaksud. Bobot hubungan faktor risiko dengan “ outcme “ merupakan hal penting disamping frekwensi adanya faktor risiko tersebut. Tetapi juga perlu dilihat apakah “ outcome “ nya sering ada dimasyarakat. Bila tidak sering ada, jadi bukan merupakan suatu masalah, maka faktor risikoyang mengakibatkan “ outcome “ tersebut tidak dinyatakan sebagai faktor risiko yang diperhitungkan.
Jadi ternyata tidaklah begitu mudah untuk mencari faktor risiko pada seseorang atau kelompok orang bila kita tidak mempelajari epidemiologi sesuatu masalah, misalnya penyakit, atau kematian yang tinggi dimasyarakat. Kita tahu, bahwa malformasi kongenital adalah berat dan membahayakan, dan kita tahu pula bahwa Rubella mempunyai kaitan erat dengan malformasi kongenital.
Tetapi karena, Rubella tidak ada atau tidak ditemukan di Indonesia, maka Rubella tidak merupakan sebagai faktor risiko di Indonesia, yang dapat menjurus ke malformasi kongenital kita.
Tentu ada lain sebab atau faktor risiko lain. Perlu dilacak dan untuk itu perlu pengetahuan dan pengamatan yang cermat.
Dengan sedikit usaha dan semangat untuk mengumpulkan data statistik kesehatan di masyarakatnya, akan tampak kemudian atau diketahui beberapa faktor tertentu yang dapat merupakan faktor risiko, untuk dimasukkan kedalam daftar dan kemudian dipakai sebagai dasar dalam menentukan anak – anak mana yang perlu mendapatkan perhatian khusus terlebih dahulu.
Bobot suatu faktor risiko, tergantung dari incidence atau mortalitas suatu penyakit di masyarakat.
Dewasa ini, dengan sistim pelayanan yang ada sekarang, dimana perhatian masih banyak dicurahkan pada orang-orang yang mampu dan datang pada Dokter atau Rumah Sakit, sedangkan anak-anak yang merupakan golongan yang sebenarnya paling memerlukan pelayanan kesehatan tidak pernah kita lihat. Jadi justru kelompok anak dan ibu hamil / meneteki yang paling membutuhkan mendapatkan perhatian yang paling akhir.
Alasannya adalah karena fasilitas untuk memberikan pelayanan kesehatan sangat terbatas, yaitu terutama karena jauh dari Puskesmas dan sulit berkomunikasi.
Dengan pendekatan ini, yaitu pendekatan risiko tinggi, pertama-tama yang harus dilakukan ialah mempelajari data sakit dan kematian dimasyarakat kemudian dari berbagai masalah kesehatan yang penting dipelajari epidemiologinya. Dari data yang diperoleh nanti, akan diketemukan faktor risiko yang kemudian disusun dan dipilih menurut bobotnya untuk mendapatkan perhatian khusus guna mencari cara-cara intervensinya.
Dalam hal ini tentu masyarakat merupakan anggota tim yang penting, karena tidak mungkin kita dapat mengulangi sendiri. Seperti dalam PKMD, dimana beberapa orang terpilih sebagai penggerak untuk memperhatikan kesehatan dimasyarakatnya.
Para dukun misalnya, pada hakekatnya adalah suatu sistem pengelolaan kesehatan dimasyarakat. Suatu contoh dapat kita pakai untuk melaksanakan pendekatan tersebut yaitu yang dikemukakan oleh David Morley dalam pengamatannya diafrika untuk menanggulangi maslah gizi anak. Disusun faktor-faktor risiko sebagai berikut :
1. Berat badan ibu yang kurang dari 43,5 kg
2. Kehamilan yang ke 7
3. Perceraian orang tua atau kematian salah seorang tua.
4. Lebih dari 4 anak telah meninggal.
5. Berat lahir bayi lebih rendah dari centile ke – 10
6. Naiknya berat badan bayi tidak mencapai ½ kg sebulannya (trisemester I ) dan ¼ kg sebulannya trisemester II
7. Ibu tidak mampu memberikan ASI karena sesuatu hal
8. Bayi yang sakit dalam tahun pertama, seperti morbilli, pertusis atau diare yang berulang kali datang.
Demikian pula , dapat kita kumpulkan fakta-fakta sebagai faktor risiko dari suatu penyakit, kematian atau penyakit dengan cacad kemudian didaerah kita masing-masing.
Bila kita rajin, pasti dapat disusun daftar tersebut, apakah itu berdasarkan pengamatan sehari-hari, atau lebih baik lagi bila fakta tersebut berdasarkan angka-angka statistik yang berhasil dikumpulkan selama itu.
Kemudian, disusun menurut bobotnya. Untuk menentukan bobot faktor risiko tersebut, dapat ditentukan dari cara sederhana sampai yang sulit. Yang paling sederhana ialah sebagai hasil pengamatan saja, jadi kira-kira menurut pengalaman. Angka dapat kita tentukan sendiri, misalnya dari angka 0 – 10.
Atau angka sesuai dengan angka incidencenya yang ada didaerah tersebut.
Dari angka tersebut baru difikirkan untuk mengadakan intervensi.
Dalam menyongsong HFA – 2000 yaitu : “ Health for All by the Year 2000” yang berarti : kesehatan bagi seluruh masyarakat pada tahun 2000, dimana Indonesia ikut serta bertekad untuk melaksanakannya, kiranya pengelolaan sederhana ini dengan pendekatan risiko tinggi, kiranya dapat dimulai dimana kita berada, sehingga sasaran dapat tercapai bagi seluruh masyarakat Indonesia pada tahun 2000.
Timbullah rumusan S.K.N. = Sistim Kesehatan Nasional dalam Rakerkesnas ke XII 1980 yang pada hakekatnya adalah sama dengan tujuan Pembangunan Kesehatan, yaitu : mencapai mutu dan lingkungan kehidupan yang optimal bagi setiap penduduk, dengan mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dengan menyelenggarakan upaya dibidang kesehatan yang berkaitan dengannya.
Upaya tersebut bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan terjangkau oleh seluruh masyarakat, dengan peran serta aktif dari masyarakat.
Adapun sasaran khusus Pembangunan Jangka Panjang bidang kesehatan pada tahun 2000 adalah sebagai berikut :
1. Umur harapan hidup waktu lahir minimal 60 tahun
2. Angka kematian bayi maksimal 50 per 1.000 kelahiran hidup, kematian anak balita maksimal 20 per 1.000
3. Anak yang baru lahir yang mempunyai berat badan dibawah 2.500 gram maksimal 15 %
4. Angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan diare menurun menjadi maksimal 10 %.
Angka kesakitan penyakit malaria sekitar 0 - 25 % tergantung dari daerahnya
5. Angka prevalensi penyakit TBC paru menjadi sekitar 4 per 1.000 penduduk.
Angka kesakitan penyakit tetanus neonatorum menjadi 2 - 3 per 1.000 kelahiran dan angka kematiannya menjadi sekitar 4 per 1.000 penduduk
6. Keadaan dimana jumlah penderita psikosis dapat dipertahankan 1 - 3 per 1.000 penduduk dan jumlah penderita dengan neurosis dan behavi our disorder 20 - 60 per 1.000 penduduk
Demikian maka sebagai akhir kata ingin kami ingatkan butir-butir mutiara yang tercantum dalam Deklarasi Hak Anak-anak, yang telah dicetuskan oleh P.B.B dalam tahun 1959, 20 tahun yang lalu yang mempunyai isi pokok sebagai berikut :
1. Hak untuk menerima kasih sayang dan cinta serta pengertian
2. Hak untuk menerima gizi cukup dan pelayanan kesehatan
3. Hak untuk mendapatkan pendidikan dengan cuma-cuma
4. Hak untuk mendapatkan kesempatan bermain dan untuk berrekreasi
5. Hak memiliki nama dan kebangsaan
6. Bila cacad mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan khusus
7. Dalam keadaan darurat, maka anak mempunyai hak untuk pertama-tama menerima bantuan
8. Hak sebagai anggauta masyarakat yang berguna dan hak untuk mengembangkan bakat-bakat pribadinya
9. Hak untuk diasuh dalam alam damai dan persaudaraan universal
10. Hak menikmati hak-hak tersebut diatas tanpa memandang suku bangsa warna kulit, kelamin, agama, nasional atau tingkat sosial.