Selasa, 03 Mei 2011

PEMASANGAN BIDAI

PEMASANGAN BIDAI

PEMASANGAN BIDAI

Apabila salah satu tulang lengan bawah patah, biasanya dipasang bidai (spalk). Gunanya untuk terapi.
A. Alat-Alat yang Dibutuhkan
a. Pembalut gips dengan tempatnya
b. Waskom berisi air hangat
c. Kapas kuning
d. Pembalut kain kasa
e. Gunting pembalut
f. Gunting gipas
g. Kain segitiga
h. Kain karet dan ember
Mula-mula tangan yang patah itu kalau perlu di rontgen terlebih dahulu.
Gunanya untuk melihat letak tulang yang patah. Sesudah itu baru direposisi ( dibetulkan). Sebelum bidai dipasang, lebih dulu tangan yang patah itu ditutup atau dibungkus dengan kapas kuning. Kemudian diukur berapa panjang bidai yang akan dibuat. Biasanya panjang bidai yang dipakai harus melebihi dua sendi tulang. Untuk lengan bawah, panjang bidai yang dipakai, mulai dari ujung siku sebelah luar sampai ke pangkal jari-jari tangan.
B. Cara Membuat Bidai:
Ambillah pembalut gips, rendamkan ke dalam waskom yang berisi air, sesudah itu diangkat dan diperas. Yang harus diperhatikan waktu mengambil pembalut gips dari dalam blik atau fles gips, tangan harus kering tidak boleh basah. Pembalut gips yang sudah di ambil letakkan perlahan-lahan di dalam waskom yang berisi air tadi. Rendam sampai gelembung-gelembung hawa tidak keluar lagi dari dalam pembalut yang direndam itu. Sesudah itu peganglah pembalut ujung gips kiri kanannya dengan kedua tangan lalu diangkat perlahan-lahan ke atas permukaan air, diperas hingga setengah basah. Jangan dibiarkan terlalu lama pembalut itu di dalam air, akibatnya menjadi keras dan kaku, tidak dapat dipakai lagi. Jangan dipegang di bagian tengah pembalut dan jangan pula diperas selagi pembalut gips itu dalam air. Kedua cara ini berarti sengaja mengeluarkan tepung gipas dari dalam pembalut gips itu, hasilnya tidak akan baik. Pembalut gips yang diperas itu kemudian dibuka ujungnya lalu dilebarkan di atas tempat yang rata menurut panjang ukuran. Pembalut gips yang sudah dilebarkan tadi kalau sudah cukup panjangnya, dilipatkan menindih lapisan pembalut yang pertama, hingga sampai kepada ujungnya yang tadi. Dari sana dilipatkan pula ke atas lapisan pembalut yang kedua. Demikian dikerjakan berulang-ulang sampai berlapis-lapis sehingga cukup tebalnya. Tiap lapiasn tadi harus digosok dan ditekan sedikit dengan telapak tangan, maksudnya supaya rata, licin dan rapat. Kalau bidai sudah dibuat, jangan terlalu lama dibiarkan tergeletak, akibatnya menjadi kaku dan keras. Kalau terjadi seperti itu tidak baik lagi dipakai untuk bidai. Karena itu memasang bidai gips pada anggota harus sebelum bidai itu menjadi kers dan kaku
C. Cara Memasang Bidai
Tangan yang akan dibidai itu sikunya dibengkokkan, jari tangan diluruskan, jempolnya berada di sebelah atas. Seseorang memegang lengan si sakit, seorang lagi memegang jempol tangan si sakit. Pekerjaan kedua orang penolong tadi, memegang sambil menarik. Sesudah itu diletakkan bidai tadi, mulai dari ujung siku sebelah luar, ke punggung lengan bawah terus ke punggung tangan sampai ke pangkal jari tangan.
Sesudah itu lalu dibalut dengan pemabalut kain kasa. Sebaiknya membalut dimulai dari bagian tulang yang patah, lalu ditujukan arah ke ata, sampai bagian siku sebelah bawah. Caranya membalut secara balut pucuk rebung (Dolabra Repens). Dari bagian siku, pembalut, pembalut tadi ditujukan ke bawah. Sampai di sendi pergelangan tangan, jalan pembalut secara balut silang (Spica Manus).
Demikian dikerjakan berulang-ulang hingga kepada maksud yang dituju, lalu ujung pembalut itu ditempelkan di sana. Biarkan sampai bidai itu kaku dan keras, sesudah itu tangan yang dibidai tadi boleh digendong dengan kain segitiga.
Yang harus diperhatikan, tangan yang dibalut itu jangan sampai stuwing. Maka balutan itu jamgan terlalu kencang. Kelima jari tangan itu harus dapat bergerak dengan leluasa, bisa diluruskan dan bisa pula digenggamkan.




DAFTAR PUSTAKA

St. Muchtarudin. 1993. Ilmu Balut. Balai Pustaka: Jakarta.

Photobucket