Selasa, 03 Januari 2012

Asuhan Keperawatan Erythema Multiformis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ERYTHEMA MULTIFORMIS


A.  KONSEP MEDIS
1.  Definisi
Erythema Multiformis merupakan erupsi mendadak pada kulit atau selaput lendir dengan tanda khas berupa lesi iris. Bila keadaan ini tidak segera ditangani maka akan menjadi penyakit kulit yang akut dan berat yang dinamakan Syndrom Steven Johnson (SSJ).

2.  Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui. Tetapi ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan terjadinya Erythema Multiformis.
- Infeksi.
- Obat = penisilin, barbiturat, hydantion, sulfonamid dan fenolfalin.
- Sinar X , sinat matahari, dan cuaca.
- Neoplasma.
- Kehamilan.

3.  Patofisiologi
Erythema Multiformis merupkan suatu jenis reaksi kulit yang secara histologis ditandai mula-mula adanya infiltrat limfositolitik pada batas antara dermis dan epidermis dan kemudian dengan adanya vesiculasi sub – epidermis. Secara klinis ini ditandai oleh adanya berbagai lesi, termasuk lesi-lesi kulit yang khas seperti iris atau target (sasaran). Erythema multiformis dianggap sebaga syndrom hipersensitivitas, tetapi mekanisme imunologisnya yang tepat belumlah diketahui. Penyakit yang akut sering kambuh ini, paling sering muncul dalam musim dingin dan awal musim semi pada kanak-kanak dan orang dewasa.
Banyak faktor penyebab yang telah diketemukan, termasuk infeksi obat-obatan, perubahan hormonal, penyakit-penyakit kanker. Infeksi herpes simpleks merupakan asal mula penyebab infeksi yang paling sering, meskipun berbagai penyakit infeksi yang lain seperti virus,bakteri dan myobakteri. Juga sering dijumpai mycoplasma pnemoniae pernah dapat dibiakkan dari tenggorokan dan bulo dari bebepa pasien. Penicillin, barbiturat, sulfonamide dan banyak obat lainnya bisa menimbulkan gambaran yang sama.
Bentuk Erythema Multiformis ringan sembuh dengan sendirinya dalam 2 – 3 minggu, bentuk yang lebih berat dimana ikut juga terkena secara luas selaput lendir, disebut sebagai Syndrom Steven Johnson, bisa berlangsung 6 – 8 minggu dan merupakan penyakit sangat berbahaya dan sering fatal.

4.  Signs/Symtoms
- Panas tinggi.
- Nyeri terus menerus.
- Malaise.
- Pusing.
- Batuk pilek.
- Nyeri tenggorokan.
- Lesi mulut.
- Konjungtivitis.

5.  Komplikasi
- SSJ ( Syndrom Steven Johnson)
- Bronkopnemonia.
- Dehidrasi.
- Syok.
- Kebutaan.

6.  Treatment
- Obat kortikosteroid : prednison.
 : Dexamethason.















B.  KONSEP KEPERAWATAN
1.  Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan Erythema Multiformis antara lain :
- Riwayat kesehatan.
- Keluhan utama.
- Riwayat alergi obat atau riwayat terkena infeksi.
- Kajiadanya demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk pilek, nyeri tenggorokan, stomatitis, konjungtivitis, balanitis / uretritis.

2.  Diagnosa Keperawatan
a.  Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan edema mukosa saluran pernafasan.
b.  Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
c.  Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan.
d.  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi permukaan kulit.

3.  Intervensi
DP. a).
- Kaji frekuensi, irama, spuntum, auskultasi paru.
- Kaji adanya stridor dan wheezing.
- Kaji adanaya cyanosis.
- Beri Oksigen bila pasien mengalami sesak.

DP. b).
- Kaji TTV.
- Monitor intake dan output cairan selama 24 jam.
- Kolaborasi pemberian cairan infus.

DP. c).
- Kaji skala nyeri.
- Kolaborasi untuk dilakukan perawatan kulit.
- Lakukan instruksi pengobatan.

DP. d).
- Kaji warna , kedalaman luka, jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
- Berikan perawatan luka yang tepat dan kontrol infeksi.





DAFTAR PUSTAKA

Kenneth A. Arnd., M.D. Pedoman Dermatologys. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Prince, Sylvia Anderson. (1995). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit : Patofisiologi. Jakarta : EGC

Sudiarto, Suharto, Sumanto. (2004). Modul Askep Pasien dengan Gangguan Sistem Integumen. Semarang : Dinkes Prop. Jateng

Photobucket