Jumat, 22 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DIARE

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian 
Diare didefinisikan sebagai buang air encer tiga kali lebih dalam sehari (WHO, 1992). Menurut Hadi (1999) diare adalah buang air besar melebihi normal karena passage balus makanan terlalu cepat sebagai akibat hiperperistaltik sehingga reabsorbsi air dalam usus besar terganggu, menyebabkan frekuensi buang air besar melebihi normal, tinja yang dikeluarkan biasanya berbentuk cair dengan atau tanpa disertai lendir dan darah. Pendapat senada dikemukakan oleh Sulaiman (1990) diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya. Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya mual dan muntah serta diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi yang tidak toleran terhadap makanan tertentu atau toksin (Tucker SM, 1998). Maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah buang air besar encer dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam sehari disertai mual dan muntah.   

B. Anatomi    












Gambar anatomi Cambrige Communication Limited (1999). 
C. Etiologi
Menurut Suharyono (1999) penyebab diare dibagi menjadi dua golongan.
1. Diare sekresi, disebabkan oleh:
a. Infeksi
1) Infeksi bakteri
Shigella, salmonella, E. coli, Golongan virbio, Bacillus cereus, clastridium perfreinges, stophylococcus oureus, complyobacter geromonas.  
2) Infeksi virus
Rotavirus, adenovirus  
3) Infeksi parasit   
Protozoa, entamoeba hytolycia, giardia lamblia, balantidium coli, cacing perut, ascaris, trichuris, strongyloides, jamur candida.   
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan – bahan kimia, makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis, (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin alergi.
c. Defisiensi imun SIgA (Secretory, immunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipatgandanya bakteri (fibra usus dan jamur, terutama candida)   
2. Diare osmotik disebabkan oleh 
a. Malabsorbsi makanan
b. KKP (Kekurangan Kalori Protein).
c. BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir.  
  
D. Pathofisiologi dan Pathways 
Pada umumnya timbulnya diare karena passage bolus terlalu cepat dan terganggunya reabsorbsi air dalam usus besar, sehingga menyebabkan sering buang air besar (Hadi, 1999). Pendapat senada dikemukakan oleh staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (2002) yang menambahkan tentang mekanisme timbulnya diare:
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.  
2. Gangguan sekresi  
Akibat rangsang tertentu (misal : oleh tokisn) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.  
3. Gangguan motilitas usus 
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare. 
4. Pathways  




E. Fokus Intervensi
1. Diare berhubungan dengan infeksi, makanan, psikologis (Carpenito L.J, 2001)
Tujuan : Mencapai BAB normal yang ditunjukkan dengan :
a. Penurunan frekuensi BAB sampai kurang dari 3 kali sehari
b. Faeses mempunyai bentuk
Intervensi:
a. Kaji faktor penyebab yang mempengaruhi diare.
b. Ajarkan pada klien penggunaan yang tepat dari obat – obat anti diare.
c. Dapatkan sediaan faeses untuk pemeriksaan kultur bila diare bertambah.
d. Pertahankan tirah baring
e. Pantau keefektifan dan efek samping dari obat anti diare
f. Kolaborasi untuk mendapat antibiotik           
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diare (Carpenito L.J, 2000)
Tujuan:
a. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Tidak terjadi dehidrasi
Intervensi:
a. Monitor output cairan
b. Monitor intake cairan
c. Berikan oralit tiap habis BAB
d. Kaji tanda – tanda dehidrasi
e. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi (Carpenito, L.J, 2000)
Tujuan:
a. Nutrisi terpenuhi
b. Berat badan sesuai usia
c. Nafsu makan meningkat
Intervensi:
a. Beri diit yang tidak merangsang
b. Motivasi keluarga untuk memberikan makanan yang tidak bertentangan dengan diare dan sesuai waktu
c. Pertahankan kebersihan mulut
d. Timbang berat badan tiap hari
e. Beri diit tinggi kalori, protein, dan mineral serta rendah zat sisa
    
4. Nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder gastro enteritis (Carpenitor, L.J, 2001)
Tujuan : nyeri dapat berkurang  
Intervensi:
a. Beri kompres hangat di perut
b. Ubah posisi klien bila nyeri, arahkan ke posisi yang paling aman.
c. Kaji nyeri
d. Kolaborasi pemberian obat analgesik      
5. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi terhadap dehidrasi (Carpenito, L.J. 2001) 
Tujuan : mempertahankan normotermia
Intervensi:
a. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan yang adekuat sedikitnya 2000 ml/ hari kecuali terdapat kontra indikasi penyakit jantung atau ginjal untuk mencegah dehidrasi.
b. Monitor intake dan output dehidrasi
c. Monitor suhu dan tanda vital      
6. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan iritan lingkungan sekunder terhadap kelembapan (Carpenito)
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat teratasi dengan ditandai tidak adanya lecet dan kemerahan di sekitar anal 
Intervensi:
a. Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut. Bilas dengan air, keringkan dan taburi talk
b. Beri udara bebas pada daerah anal tiap 10 – 15 menit
c. Beri stik laken di atas perlak klien
d. Gunakan pakaian yang longgar
e. Monitor data laboratorium      

Photobucket